Tafsir

Tafsir

Portal Islam

Apr 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Rahasia Kandungan Dan Keutamaan Surat Al Waqiah Lengkap, Latin, doa Menurut Hadits Nabi Muhammad SAW

Rahasia Kandungan Dan Keutamaan Surat Al Waqiah Lengkap, Latin, doa Menurut Hadits Nabi Muhammad SAW

portalislam.com- Halo sahabat yang dimuliakan oleh Allah Azza Wa Zalla, pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan mengupas tentang fadhilah Surat Al-Waqiah menurut Hadits Nabi Muhammad SAW.

Secara etimologi bahasa, kata Al-Waqiah berasal dari kata wa-qa-'a yang menurut pendapat Ibnu Manzhur dalam Lisan al-'Arab bermakna dasar 'jatuh (saqatha), terdiri (ashaba), dan turun (nazala)'. Sedangkan kata al-Waqi'ah sendiri menurut pendapat Abu Ishaq yang dikutip oleh Ibnu Manzhur telah menjadi salah satu nama untuk menyebutkan Hari Kiamat (Ismun min Asma 'Yaum Al-Qiyamah). (Baca: Rahasia Keutamaan Surat Yasin).

Dalam mushaf yang ada di rumah-rumah kita, mesjid - mesjid kita, dan mushola kita, Surat Waqi'ah ini terletak pada urutan surat ke-56 setelah surat Ar-Rahman sebelum Surat Al-Hadid. Namun berbeda dalam catatan Ibnu 'Asyur yang mengutip pendapat dari Jabid Bin Zaid, Jika menyesuaikan dengan urutan turunnya wahyu (tartib nuzul) maka surat Waqi'ah ini terletak pada urutan ke 46 yang turun setelah surat Thaha dan sebelum surat Al-Syu'ara.

Jumlah surat Waqi'ah ada 96 ayat. Kendati demikian menurut Ibnu 'Asyur terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama ahli qiraat diantaranya sebagai berikut:

  • Ulama Bashrah berpendapat bahwa surat al-Waqi'ah berjumlah 99 ayat
  • Ulama Madinah, Mekah, dan Syam sepakat bahwa surat Al-Waqi'ah berjumlah 99 ayat
  • Ulama kufah menghitung surat ini berjumlah 96 ayat
  • Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya Al-Jami'li Ahkam al-Quran memilih pendapat yang berbeda yang menyatakan bahwa surat Waqiah memiliki 97 Ayat.

Kendati terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang jumlah ayat, namun perlu kalian ketahui bahwa ini tidak berpengaruh sama sekali dengan seluruh isi dan konten surah Waqiah.

Perbedaan pendapat ini hanya masalah bilangan jumlah ayat saja bukan kepada isi dan tafsir surat. adapun perbedaan pendapat ini terletak pada tanda baca, misalnya ulama Bashrah menghitung suatu ayat terdapat pada tanda baca waqaf, sedangkan Ulama Syam menghitungnya sebagai satu ayat. Maka bagi ulama Bashrah ayat tersebut terhitung satu ayat sedangkan berbeda dengan Ulama Syam yang menghitungnya sebagai dua ayat. Perlu kalian ingat juga bahwa yang dimaksud dengan Kalangan Ulama disni bukan Ulama pada masa sekarang (yang Qur'an sudah tercetak dan tersebar secara luas di dunia ini) melainkan Ulama Ahli Qiraat yang masyuhr pada masa abad pertama sampai ketiga hijriah.

Surah ini disebut sebagai surat Makiyyah karena turun di Mekah. Beberapa ayat turun di kota luar Mekah seperti apa yang disampaikan oleh Ibnu 'Abas bahwa ayat 81-82 (afabihadza al-haditsi antum mudhinun wa taj’aluuna rizqakum annakum tukadzdzibuun) turun di Madinah Al Munawarah dan kata Al-Kalbiy dua ayat lain turun di kota luar Mekah yaitu ayat 39-40. Begitulah keterangan yang telah di catat oleh Al-Imam Al-Qurtubhi dalam tafsirnya.

Ibnu 'Asyur dalam pendahuluan tafsir surat al-Waqi'ah menjelaskan beberapa rahasia kandungan yang terdapat dalam surat ini diantaranya sebagai berikut:

  1. Sebagai pengingat (al-tadzkir) Hari Kiamat, menegaskan kebenaran akan datangnya hari tersebut, dan gambaran keadaan alam semesta ketika terjadinya Kiamat.
  2. Karakter yang melekat pada penduduk surga dan sebagian deskripsi nikmat-nikmat di dalam surga.
  3. Karakter orang-orang ahli neraka dan siksaan yang akan menimpa mereka ketika di neraka sebagai akibat dari ketidakpercayaan mereka terhadap Hari Kebangkitan.
  4. Menunjukkan bukti-bukti Kuasa Allah SWT dan menerangkan bahwa ketika manusia dicabut nyawanya oleh Allah SWT mereka takut dan tidak akan mampu untuk mencegahnya.
  5. Menguatkan bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar Firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nikmat dan mukjizat yang utama.

Kandungan surah al-Waqi’ah di atas dikonfirmasi juga oleh Imam al-Qurthubi yang mengutip pendapat Masruq yang berkata,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَعْلَمَ نَبَأً الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ وَنَبَأً أَهْلِ الْجَنَّةِ وَنَبَأً أَهْلِ النَّارِ وَنَبَأً أَهْلِ الدُّنْيَا وَنَبَأً أَهْلِ الْآخِرَةِ فَلْيَقْرَأْ سُورَةَ الْوَاقِعَة

“Siapa yang ingin mengetahui berita permulaan dan akhir, berita tentang penduduk surga, berita tentang penduduk neraka, dan berita tentang akhirat, maka bacalah surah al-Waqi’ah.”

Kemudian terkait dengan keutamaan surah al-Waqi’ah, kita dapat menemukan beberapa riwayat yang dikutip para mufassir dalam kitab-kitab tafsir mereka. Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-‘Adzim meriwayatkan sebuah hadis populer dari al-Hafidz ibnu ‘Asakir bahwa ketika Abdullah bin Mas’ud sakit keras hingga mendekati ajal, Usman bin Affan menjenguknya.

Usman bin Affan bertanya, “Apa yang menyebabkanmu sedih?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Dosa-dosaku.”

Usman bertanya lagi, “Apa yang menyebabkanmu gembira?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Rahmat Allah Swt.”

“Bolehkan aku memberikanmu hadiah?” Tanya Usman. Dijawab Ibnu Mas’ud, “Aku tidak membutuhkannya.”

Usman pun bertanya, “Adakah harta yang disimpan anak-anak perempuanmu setelah engkau tiada?”

Ibnu Mas’ud berkata,”Apakah engkau mengkhawatirkan anak-anakku jatuh miskin? Aku telah menyuruh mereka untuk membaca surah al-Waqi’ah setiap malam. Sungguh aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

“Barangsiapa membaca surah al-Waqi’ah setiap malam, maka selamanya ia tidak akan melarat.”

Dalam hadis lain yang terdapat dalam kitab Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dari Jabir bin Samurah dikatakan bahwasanya Rasulullah Saw membaca surah al-Waqi’ah di setiap waktu fajar. Wallahu A’lam.

Video Surah Al Waqiah Muzammil Irama Kurdi Arab, Latin, Terjemahan dan Artinya

Surah Al Waqiah Ayat 1-96 Lengkap Full Arab, Latin, Terjemahan dan Artinya

إِذَا وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ

iżā waqa'atil-wāqi'ah

1. Apabila terjadi hari kiamat,


لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ

laisa liwaq'atihā kāżibah

2. tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.


خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ

khāfiḍatur rāfi'ah

3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),


إِذَا رُجَّتِ ٱلْأَرْضُ رَجًّا

iżā rujjatil-arḍu rajjā

4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,


وَبُسَّتِ ٱلْجِبَالُ بَسًّا

wa bussatil-jibālu bassā

5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,


فَكَانَتْ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا

fa kānat habā`am mumbaṡṡā

6. maka jadilah ia debu yang beterbangan,


وَكُنتُمْ أَزْوَٰجًا ثَلَٰثَةً

wa kuntum azwājan ṡalāṡah

7. dan kamu menjadi tiga golongan.


فَأَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ

fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah

8. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.


وَأَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ

wa aṣ-ḥābul-masy`amati mā aṣ-ḥābul-masy`amah

9. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.


وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ

was-sābiqụnas-sābiqụn

10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,


أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ

ulā`ikal-muqarrabụn

11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.


فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ

fī jannātin-na'īm

12. Berada dalam jannah kenikmatan.


ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ

ṡullatum minal-awwalīn

13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,


وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ

wa qalīlum minal-ākhirīn

14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian


عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوْضُونَةٍ'

alā sururim mauḍụnah

15. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,


مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيْهَا مُتَقَٰبِلِينَ

muttaki`īna 'alaihā mutaqābilīn

16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.


يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ

yaṭụfu 'alaihim wildānum mukhalladụn

17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,


بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ

bi`akwābiw wa abārīqa wa ka`sim mim ma'īn

18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,


لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ

lā yuṣadda'ụna 'an-hā wa lā yunzifụn

19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,


وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ

wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn

20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,


وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُونَwa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn

21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.


وَحُورٌ عِينٌwa ḥụrun 'īn

22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,


كَأَمْثَٰلِ ٱللُّؤْلُؤِ ٱلْمَكْنُونِ

ka`amṡālil-lu`lu`il-maknụn

23. laksana mutiara yang tersimpan baik.


جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

jazā`am bimā kānụ ya'malụn

24. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.


لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا

lā yasma'ụna fīhā lagwaw wa lā ta`ṡīmā

25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,


إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا

illā qīlan salāman salāmā

26. akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.


وَأَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ

wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.


فِى سِدْرٍ مَّخْضُودٍ

fīsidrim makhḍụd

28. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,


وَطَلْحٍ مَّنضُودٍ

wa ṭal-ḥim manḍụd

29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),


وَظِلٍّ مَّمْدُودٍ

wa ẓillim mamdụd

30. dan naungan yang terbentang luas,


وَمَآءٍ مَّسْكُوبٍ

wa mā`im maskụb

31. dan air yang tercurah,


وَفَٰكِهَةٍ كَثِيرَةٍ

wa fākihating kaṡīrah

32. dan buah-buahan yang banyak,


لَّا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ

lā maqṭụ'atiw wa lā mamnụ'ah

33. yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.


وَفُرُشٍ مَّرْفُوعَةٍ

wa furusyim marfụ'ah

34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.


إِنَّآ أَنشَأْنَٰهُنَّ إِنشَآءً

innā ansya`nāhunna insyā`ā

35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung


فَجَعَلْنَٰهُنَّ أَبْكَارًا

fa ja'alnāhunna abkārā

36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.


عُرُبًا أَتْرَابًا

'uruban atrābā

37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.


لِّأَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ

li`aṣ-ḥābil-yamīn

38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,


ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ

ṡullatum minal-awwalīn

39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.


وَثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ

wa ṡullatum minal-ākhirīn

40. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.


وَأَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ

wa aṣ-ḥābusy-syimāli mā aṣ-ḥābusy-syimāl

41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?


فِى سَمُومٍ وَحَمِيمٍ

fī samụmiw wa ḥamīm

42. Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,


وَظِلٍّ مِّن يَحْمُومٍ

wa ẓillim miy yaḥmụm

43. dan dalam naungan asap yang hitam.


لَّا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ

lā bāridiw wa lā karīm

44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.


إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ

Innahum kānụ qabla żālika mutrafīn

45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.


وَكَانُوا۟ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلْحِنثِ ٱلْعَظِيمِ

wa kānụ yuṣirrụna 'alal-ḥinṡil-'aẓīm

46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.


وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ

wa kānụ yaqụlụna a iżā mitnā wa kunnā turābaw wa 'iẓāman a innā lamab'ụṡụn

47. Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?


أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ

a wa ābā`unal-awwalụn

48. apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?"


قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ

qul innal-awwalīna wal-ākhirīn

49. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,


لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ

lamajmụ'ụna ilā mīqāti yaumim ma'lụm

50. benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.


ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلْمُكَذِّبُونَ

ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllụnal-mukażżibụn

51. Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,


لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍ مِّن زَقُّومٍ

la`ākilụna min syajarim min zaqqụm

52. benar-benar akan memakan pohon zaqqum,


فَمَالِـُٔونَ مِنْهَا ٱلْبُطُونَ

fa māli`ụna min-hal-buṭụn

53. dan akan memenuhi perutmu dengannya.


فَشَٰرِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْحَمِيمِ

fa syāribụna 'alaihi minal-ḥamīm

54. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.


فَشَٰرِبُونَ شُرْبَ ٱلْهِيمِ

fa syāribụna syurbal-hīm

55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.


هَٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ ٱلدِّينِ

hāżā nuzuluhum yaumad-dīn

56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan".


نَحْنُ خَلَقْنَٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُونَ

naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn

57. Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?


أَفَرَءَيْتُم مَّا تُمْنُونَ

a fa ra`aitum mā tumnụn

58. Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.


ءَأَنتُمْ تَخْلُقُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلْخَٰلِقُونَ

a antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn

59. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?


نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ ٱلْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ

naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbụqīn

60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,


عَلَىٰٓ أَن نُّبَدِّلَ أَمْثَٰلَكُمْ وَنُنشِئَكُمْ فِى مَا لَا تَعْلَمُونَ

'alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi`akum fī mā lā ta'lamụn

61. untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.


وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْأُولَىٰ فَلَوْلَا تَذَكَّرُونَ

wa laqad 'alimtumun-nasy`atal-ụlā falau lā tażakkarụn

62. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?


أَفَرَءَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ

a fa ra`aitum mā taḥruṡụn

63. Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.


ءَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلزَّٰرِعُونَ

a antum tazra'ụnahū am naḥnuz-zāri'ụn

64. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?


لَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنَٰهُ حُطَٰمًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ

lau nasyā`u laja'alnāhu huṭāman fa ẓaltum tafakkahụn

65. Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang.


إِنَّا لَمُغْرَمُونَ

innā lamugramụn

66. (Sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian",


بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ

bal naḥnu mahrụmụn

67. bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.


أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ

a fa ra`aitumul-mā`allażī tasyrabụn

68. Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.


ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ ٱلْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنزِلُونَ

a antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn

69. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?


لَوْ نَشَآءُ جَعَلْنَٰهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ

lau nasyā`u ja'alnāhu ujājan falau lā tasykurụn

70. Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?


أَفَرَءَيْتُمُ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى تُورُونَ

a fa ra`aitumun-nārallatī tụrụn

71. Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu).


ءَأَنتُمْ أَنشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنشِـُٔونَ

a antum ansya`tum syajaratahā am naḥnul-munsyi`ụn

72. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?


نَحْنُ جَعَلْنَٰهَا تَذْكِرَةً وَمَتَٰعًا لِّلْمُقْوِينَ

naḥnu ja'alnāhā tażkirataw wa matā'al lil-muqwīn

73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir


فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ

fa sabbiḥ bismi rabbikal-'aẓīm

74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.


۞ فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوَٰقِعِ ٱلنُّجُومِ

fa lā uqsimu bimawāqi'in-nujụm

75. Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.


وَإِنَّهُۥ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ

wa innahụ laqasamul lau ta'lamụna 'aẓīm

76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.


إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ

innahụ laqur`ānung karīm

77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,


فِى كِتَٰبٍ مَّكْنُونٍ

fī kitābim maknụn

78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),


لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا ٱلْمُطَهَّرُونَ

lā yamassuhū illal-muṭahharụn

79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.


تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

tanzīlum mir rabbil-'ālamīn

80. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.


أَفَبِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ

a fa bihāżal-ḥadīṡi antum mud-hinụn

81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?


وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ

wa taj'alụna rizqakum annakum tukażżibụn

82. kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.


فَلَوْلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلْحُلْقُومَ

falau lā iżā balagatil-ḥulqụm

83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,


وَأَنتُمْ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ

wa antum ḥīna`iżin tanẓurụn

84. padahal kamu ketika itu melihat,


وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ

wa naḥnu aqrabu ilaihi mingkum wa lākil lā tubṣirụn

85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,


فَلَوْلَآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ

falau lā ing kuntum gaira madīnīn

86. maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?


تَرْجِعُونَهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

tarji'ụnahā ing kuntum ṣādiqīn

87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?


فَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ

fa ammā ing kāna minal-muqarrabīn

88. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),


فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ

fa rauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na'īm

89. maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan.


وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ

wa ammā ing kāna min aṣ-ḥābil-yamīn

90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,


فَسَلَٰمٌ لَّكَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ

fa salāmul laka min aṣ-ḥābil-yamīn

91. maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.


وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُكَذِّبِينَ ٱلضَّآلِّينَ

wa ammā ing kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn

92. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,


فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيمٍ

fa nuzulum min ḥamīm

93. maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,


وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ

wa taṣliyatu jaḥīm

94. dan dibakar di dalam jahannam.


إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ ٱلْيَقِينِ

inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn

95. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.


فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ

fa sabbiḥ bismi rabbikal-'aẓīm

96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.

Kesimpulan

Setelah kita membaca artikel ini diharapkan pembaca lebih giat lagi dalam membaca, menghapalkan dan mengkaji seluruh ayat yang berada di dalam Al-Qu'an Al-Karim karena tentu saja keutamaan al Qur'an itu banyak sekali diantaranya adalah:

  • Al-Qur’an akan menjadi syafaat atau penolong di hari kiamat untuk para pembacanya.

    عن أَبي أُمامَةَ رضي اللَّه عنهُ قال : سمِعتُ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : « اقْرَؤُا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ » رواه مسلم

    Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim);

  • Orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an merupakan sebaik-baik manusia.

    عن عثمانَ بن عفانَ رضيَ اللَّه عنهُ قال : قالَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ » رواه البخاري

    Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi);

  • Untuk orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kelak ia akan bersama para malaikat-Nya;

    عن عائشة رضي اللَّه عنها قالتْ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ » متفقٌ عليه .

    Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim);

  • Untuk mereka yang belum lancar dalam membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an, tidak boleh bersedih, sebab Allah tetap berikan dua pahala.

    « وَاٌلَذِي يَقُراٌ القُرانَ وَيَتَتَعتَعُ فِيه وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌ لَه اَجَران » متفقٌ عليه

    Rasulullah bersabda, “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim);

  • Al-Qur’an dapat meningkatkan derajat kita di mata Allah.

    عن عمرَ بن الخطابِ رضي اللَّه عنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إِنَّ اللَّه يرفَعُ بِهذَا الكتاب أَقواماً ويضَعُ بِهِ آخَرين » رَوَاهُ مُسْلِمُ

    Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim);

nah tentu saja keutamaan ini begitu dahsyat dan luas, maka masih malaskah kita membaca Al-Qur'an?

Referensi:

  1. Keutamaan Membaca Al-Qur'an
    https://kemenag.go.id/islam/keutamaan-membaca-al-qur039an-m1p42z
  2. Pengantar Tafsir Surah Al-Waqi’ah: Kandungan dan Keutamaan, Wildan Imaduddin 30 Maret 2020, https://bincangsyariah.com/khazanah/pengantar-tafsir-surah-al-waqiah/
  3. Kitab al-Washiyyah as-Sughro, Syaikhul Islam Ibn Taymiyah, https://stit-rh.ac.id/2018/03/26/perbedaan-pendapat-di-kalangan-ulama-2/

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here